Desa Galengdowo, sebuah kawasan yang terletak di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menjadi pusat perhatian pada bulan Mei 2024. Mahasiswa Teknik Kimia dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur telah menginisiasi sebuah kegiatan bina desa yang menjanjikan. Mereka tidak hanya memberikan kontribusi dalam pengembangan ekonomi desa, tetapi juga memperkenalkan inovasi yang berpotensi membawa perubahan signifikan dalam kehidupan masyarakat setempat.
Program kerja yang diusung oleh mahasiswa-mahasiswa ini adalah pembuatan briket biji salak. Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan produk bernilai tambah dari limbah pertanian, namun juga untuk mendukung petani setempat dalam meningkatkan pendapatan mereka. Inisiatif ini menjadi langkah positif dalam membangun kemandirian ekonomi desa dan menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.
Salak merupakan buah tropis yang cukup populer di Jawa Timur, menjadi bahan baku utama dalam pembuatan briket ini. Biji salak, yang seringkali dianggap sebagai limbah, kini menjadi fokus utama dalam menciptakan produk yang memiliki nilai jual tinggi. Mahasiswa-mahasiswa Teknik Kimia UPN Jawa Timur berkolaborasi dengan petani salak setempat, salah satunya adalah ibu Yaomi, untuk memastikan pasokan biji salak yang memadai untuk produksi briket.
Proses Pembuatan Briket Biji Salak
- Pengumpulan Bahan Baku
Tahap awal dalam pembuatan briket biji salak adalah pengumpulan biji salak dari petani setempat. Mahasiswa bekerja sama dengan petani untuk memastikan bahwa biji salak yang dikumpulkan berkualitas baik dan bebas dari kontaminasi.
- Pencucian dan Pemisahan
Biji salak kemudian dicuci secara menyeluruh untuk menghilangkan kotoran dan residu kimia yang mungkin menempel. Setelah dicuci, biji salak dipisahkan dari daging buahnya menggunakan alat pemisah mekanis.
- Pengeringan
Biji salak yang sudah dipisahkan kemudian dikeringkan menggunakan alat pengering dengan suhu dan kelembaban yang terkontrol. Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam biji salak sehingga dapat dihaluskan dengan lebih mudah.
- Penghalusan
Biji salak yang sudah kering kemudian dihaluskan menjadi serbuk menggunakan mesin penghalus. Serbuk biji salak yang dihasilkan harus memiliki ukuran yang seragam agar memudahkan dalam proses pencetakan briket.
- Pencampuran dengan Bahan Perekat
Serbuk biji salak yang telah dihaluskan kemudian dicampur dengan bahan perekat alami, seperti tepung tapioka atau pati singkong. Campuran ini bertujuan untuk memastikan bahwa briket memiliki kepadatan yang cukup dan dapat bertahan dalam proses pembakaran.
- Pencetakan
Campuran biji salak dan bahan perekat kemudian dicetak menggunakan cetakan briket yang telah disiapkan. Cetakan ini biasanya memiliki bentuk dan ukuran standar, sehingga memastikan bahwa setiap briket yang dihasilkan memiliki karakteristik yang seragam.
- Pengeringan dan Pembakaran
Briket yang sudah dicetak kemudian dikeringkan secara alami atau menggunakan alat pengering, tergantung pada kondisi cuaca dan ketersediaan sumber energi. Setelah kering, briket dipindahkan ke tempat pembakaran, seperti tungku atau kompor, untuk menghasilkan energi panas.
Kegiatan bina desa yang dilakukan oleh mahasiswa Teknik Kimia UPN Jawa Timur di Desa Galengdowo, Kabupaten Jombang, pada bulan Mei 2024 merupakan contoh yang luar biasa tentang bagaimana kontribusi pemuda dapat membawa perubahan positif dalam pembangunan lokal. Melalui inovasi dan kolaborasi, mereka tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, tetapi juga membuka jalan bagi transformasi paradigma pembangunan.
Langkah-langkah kreatif seperti yang mereka lakukan memberikan harapan baru bagi kesejahteraan masyarakat pedesaan di masa depan. Dengan terus mengembangkan ide-ide yang berkelanjutan dan berfokus pada kebutuhan masyarakat, kita dapat mempercepat pembangunan dan meningkatkan kualitas hidup di wilayah pedesaan. Semangat ini adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua orang.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
LPPM UPNVJT