Tinggal di negara yang penuh keragaman agama, ras, dan budaya adalah hal yang indah. Namun untuk bisa memaknainya, perlu toleransi terhadap sesama.
Sayangnya belum semua masyarakat mampu menerapkan nilai toleransi ini. Itulah yang menjadi latar belakang Lika Nurut, perempuan asal Pasuruan bersama beberapa rekannya mendirikan komunitas Rangkul Muda.
“Kita lihat di lingkungan sekitar, masih banyak orang-orang yang belum menerapkan toleransi. Masih ada stigma antarkelompok masyarakat, antaragama. Bahkan kasus kekerasan juga masih banyak,” ujar Nurut saat dihubungi detikJatim, Rabu (18/9/2024).
Melalui komunitas yang terbentuk sejak 16 November 2023, bertepatan dengan Hari Toleransi Internasional, Nurut berharap bisa mengajak masyarakat untuk lebih toleran terhadap perbedaan.
Menurutnya, perbedaan di tengah masyarakat adalah hal yang wajar. Justru perbedaan ini bisa menjadi indah jika masyarakat memaknainya, apalagi ada Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia.
“Kita buat salah satu kegiatan namanya Teman Toleransi di salah satu desa di Pasuruan. Masyarakat di sana tingkat toleransinya cukup rendah, seperti masih tertutup dengan orang lain yang berbeda agama,” tutur Nurut.
Komunitas Rangkul Muda pun mengajak beberapa masyarakat di sana termasuk anak muda, pemerintah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk berdialog dan berdiskusi tentang keberagaman.
“Dari dialog dan diskusi ada penguatan kapasitas juga tentang toleransi. Ada kegiatan refleksi ‘Aku tahu-aku ingin-aku akan’. Masyarakat diajak untuk menerapkan nilai toleransi itu sehingga mereka tidak lagi anti-perbedaan,” jelas Nurut.
Selain itu, komunitas ini juga aktif mengkampanyekan pentingnya nilai toleransi melalui media sosial. Baik berbentuk artikel, foto, maupun video.
Komunitas Rangkul Muda berharap agar semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya toleransi. Sehingga tidak ada lagi stigma buruk, bullying, dan berbagai bentuk kekerasan lain saat menghadapi perbedaan.
“Harapannya semoga anak muda lebih berani menyuarakan isu-isu toleransi sehingga terbentuk masyarakat yang inklusif dan tidak ada lagi orang yang merasa terkucilkan karena perbedaan,” pungkas Nurut.